Follow me on Twitter RSS FEED

Dengan Kayak, Menantang Jeram Seorang Diri

Posted in
Tiga tahun sudah Deddy Irwan berkenalan dengan kayak, sebuah permainan menantang jeram sungai yang ganas. Namun, anak muda kelahiran Bukit Lawang, Langkat ini merasa belum puas apa yang sudah diraih. Ia berkeinginan kayak bisa menjadi tren dalam dunia
petualangan, layaknya rafting dengan perahu karet.

Bagi Deddy, menantang jeram dengan kayak, nikmatnya memang nggak ketulungan. Dibanding perahu karet, kayak jelas menawarkan tantangan yang lebih. Bayangkan, rangkaian jeram yang tersaji di depan mata harus dilewati seorang diri, meski pengarungan dilakukan berkelompok. Untuk itu, tentu butuh nyali dobel. Inilah cara yang bisa memuaskan hati para pencari adrenalin. Selain menawarkan tantangan, kayak juga mengajarkan kemandirian. Seorang kayaker tak pernah menggantung nasib pada orang lain. Ia harus sanggup melahap jeram seorang diri. Salah manuver, risiko
tanggung sendiri. Itu sebabnya, seorang kayaker dituntut mampu membuat keputusan sendiri.

"Kalau kita main kayak semuanya harus bisa dilakukan sendiri. Dari melewati jeram, manuver, mendayung sampai ambil keputusan. Kalau ada trouble ya kita harus bisa ngatasi sendiri. Pokoknya semua dinikmati sendiri," timpal Anas Ridwan (35), pehobi kayak dari Bogor. Dari semua yang serba sendiri itu, Anas justru melihat tantangan yang ditawarkan lebih besar. Rasa dag-dig-dug yang muncul pun beda jauh bila kita mengarungi jeram dengan perahu karet. Kata Anas, bila pakai perahu karet, unsur ketergantungan antar pedayung masih kental sekali. Pekerjaan tim jadi nomor satu. Seorang pedayung bikin salah, manuver yang dilakukan tak sampai fatal. Sebab,
pedayung lain bisa menutupi kesalahan itu. Jadi, mau nggak mau, nyali
seseorang buat melewati sebuah jeram tak pernah tipis.

Tahun 1990 menjadi momen pertama Anas bersentuhan dengan kayak. Ia kesengsem dengan dunia ini gara-gara tawaran tantangan yang berlebih tadi. Dari situ, Anas pun banyak menimba ilmu pada jago-jago kayak kelas dunia. "Saya pernah belajar sama Made Brown, James Cassey dan Robin Gant. Dan satu lagi dengan Joe. Dia ini orang Amerika yang
dikenal sebagai fotografer dan cameraman olahraga arus deras." Sebelumnya, pemilik produsen perahu karet bermerek Boogie ini telah bermain jeram dengan perahu karet.

"Kalau saya dulu belajar kayak banyak dibantu Abdul Halim. Dia ini orang Jerman yang punya usaha wisata arung jeram di Sungai Bahorok, Bukit Lawang. Kebetulan di belakang rumah saya dulu dilewati rute pengarungan mereka," kisah Deddy yang punya favorit berkayak di Sungai Asahan. Sungai bahorok ini punya grade (tingkat kesulitan)
antara 1 dan 2. Jadi sangat layak untuk diarungi.

Kekerasan Abdul Halim untuk memicu Deddy terlibat jauh dengan kayak patut diacungi. "Dia tuh nggak pernah bosan untuk dorong aku supaya serius menekuni hobi ini. Dia juga pernah bilang masak anak Medan tak jago kayak padahal punya sungai menantang macam Asahan," kata Deddy sambil tersenyum.

Bantuan yang diberikan Abdul Halim bukan saja berupa peralatan
bermain tapi juga teknik-teknik dasar pengarungan. Akhirnya, setiap
hari pelahap bakso ini latihan di bawah bimbingan Abdul Halim. "Kalau
dia sibuk, aku latihan sendiri. Pokoknya setiap hari latihan di
Sungai Bahorok itu," ujarnya. Usaha keras itu tak sia-sia, Deddy
berhasil menyabet kampiun dalam lomba kayak tingkat Asia di Sungai
Sedim, Malaysia tahun 2001 dan 2002.


Belum Populer

Dari segi kepraktisan, kayak juga lebih unggul ketimbang perahu
karet. Kayak tak perlu dipompa, sebab bahan dasarnya dari campuran
plastik dan fiber. Bentuknya pun simpel, kurus memanjang dengan satu
deck kecil untuk seorang pedayung. Dengan begitu, mobilitas kayak
jelas lebih mudah. Seorang kayaker dijamin sanggup portaging
(membawa) kayak sendiri.

Di negara kita, hobi kayak arus deras memang belum populer. Kayak
lebih dikenal sebagai salah satu mata lomba dalam olahraga dayung.
Media bermainnya lebih banyak memakai danau yang berair tenang, bukan
sungai berjeram menantang. Menurut Anas dan Deddy, kayak bukan saja
asyik dimainkan di sungai berarus deras, tapi juga nyaman untuk
surfing di laut atau melintasi air terjun.

"Di Malaysia, wisata mengarungi sungai justru lebih populer dengan
kayak ini. Perahu karet memang ada tapi nggak begitu populer," sebut
Anas. Di negeri jiran ini, iklim kompetisi kayak arus deras juga
lebih kompetitif. Tiap tahun, paling tidak ada lima sampai enam
kompetisi yang rutin dimainkan. Di tingkat dunia, kayak telah
dimainkan dalam pesta olahraga multi event, olimpiade musim panas
sejak 1988.

Beberapa waktu lalu, Indonesia sempat menggebrak dengan kompetisi
kayak bertaraf internasional. Dan terbukti sukses. Kayaker-kayaker
pun datang dari penjuru dunia. Mereka merasa tertantang untuk
menaklukkan ganasnya jeram sungai Asahan. Namun, ketika pemerintah
daerah mengambil alih, lomba justru gagal dilaksanakan.

Geliat kayak di negara kita memang belum kentara. Kayak harus
mengalah pada kepopuleran perahu karet sebagai media bertualang di
sungai. "Timing-nya memang belum pas. Tapi kalau lomba sudah berjalan
teratur, saya yakin popularitas kayak akan melebihi perahu karet,"
ujar Anas yang sempat ikut lomba kayak di sungai Sedim, Malaysia
tahun 1998, dengan nada optimis.

Dibanding cabang dayung lainnya, seperti rowing dan kano, kayak punya
perbedaan mendasar. Pada rowing, dayung yang digunakan adalah dayung
berdaun satu, dan pendayung duduk membelakangi arah perahu melaju.
Pada kano, dayung yang dipakai adalah dayung berdaun satu, si
pendayung beraksi dengan satu kaki berlutut dan satu kaki lagi
setengah tertekuk, serta menghadap ke arah perahu melaju. Sementara,
untuk kayak, dayung yang digunakan lebih panjang daripada dayung kano
dan dayung rowing, dengan daun dayung di kedua ujungnya. Dengan satu
dayung panjang berdaun dayung dua, pengayuh kayak harus mendayung
bergantian di sisi kiri dan kanan.


Diah Rahayuningsih S


TIPS
Memilih Kayak Sebelum memutuskan bertualang, kita harus jeli memilih
kayak. Jangan sampai acara buyar hanya karena salah pilih "kendaraan
luwes" ini. Ada beberapa perbedaan mendasar pada kayak yang dipakai
untuk mengarungi sungai arus deras dengan kayak laut.


"Untuk kayak laut, bahan bakunya lebih banyak dipakai fiber. Campuran
plastiknya sedikit. Tapi kayak sungai, justru campuran plastiknya
yang lebih banyak," kata Deddy. Makin besar campuran plastik, kayak
pun akan semakin liat. Ini penting untuk menghadapi benturan pada
rintangan, seperti batu.


Kayak yang lebih panjang lebih mudah didayung untuk jarak jauh
daripada kayak pendek. Jenis ini juga dapat memuat lebih banyak
barang dan lebih steady di air. Jenis ini lebih banyak dipakai untuk
petualangan di laut. Bandingkan dengan kayak pendek, biasanya kurang
dapat menopang berat dan lebih mudah terbalik. Tetapi untungnya,
kayak yang pendek bisa membawa ke tempat yang tidak dapat dimasuki
kayak panjang. Bentuk ini lazim dipakai untuk mengarungi sungai.


Kayak yang lebih lebar akan lebih mudah dinaiki dan mudah turun,
selain itu akan lebih kokoh di atas air. Ruangan yang cukup untuk
peralatan, itu sudah pasti.

Sedang kayak yang lebih ramping itu lebih ringan dan efisien
mengarungi air. Kayak yang ramping juga lebih mudah kembali ke posisi
semula setelah terbalik.


Kayak dengan bentuk lambung rata (flat) punya stabilitas lebih saat
istirahat. Ini sangat sempurna untuk mendayung dengan nyaman dan
santai. Flat ini dimaksudkan untuk memutar arah dengan mudah, namun
bisa juga berjalan lambat ketika dipenuhi perlengkapan.

Kayak yang bagian bawahnya berbentuk melingkar memiliki kemampuan
sebaliknya., tetapi mempunyai stabilitas melewati arus air.

Dengan kata lain, bila kita naik kapal akan bergoyang, lama-lama akan
dirasakan stabil. Flat yang berbentuk melingkar dirancang untuk
kecepatan dan efisiensi menembus arus air, selain itu juga
mempermudah memutar kembali dari posisi terbalik.


Permukaan yang melengkung dan datar memungkinkan hubungan saling
menunjang antara lambung (hull) bentuk flat dengan dasar yang
melingkar. Jenis ini bisa stabil saat kayak diam di atas air juga
baik saat digunakan.

Kayak dengan dasar permukaan seperti ini akan lebih efisien melewati
air dan lebih tegar di jalurnya, selain itu gerakannya dapat
diprediksi jika ada gelombang.

(Diah Rahayuningsih s)
sumber : Suara Pembaruan, 6 Juli 2003

0 komentar:

Posting Komentar