Follow me on Twitter RSS FEED

Menantang Jeram Sungai Cikapundung

Posted in

TEMPO Interaktif, Bandung - Pagi yang hangat setelah semalaman diguyur hujan. Matahari mulai menampakkan sinarnya di tengah kawasan hutan Kota Bandung yang masih dingin. Hiruk pikuk masyarakat mulai ramai di kawasan Babakan Siliwangi Bandung dan sepanjang kawasan Sungai Cikapundung Atas.

Di Festival Cikapundung yang berlangsung Minggu (26/12) kemarin, masyarakat Kota Bandung berbaur, bermain permainan adat seperti engrang, lomba gebug bantal, serta berkuliner.
Tepat pukul 09.00, sepuluh mobil land rover dengan membawa perahu karet, masyarakat, para pejabat pemerintah kota, serta jurnalis menuju Curug Dago Atas. Curug dengan ketinggian kurang dari 10 meter menjadi titik awal untuk menikmati aliran Cikapundung Atas. Sayangnya kawasan Curug Dago yang menjadi start awal menikmati riam Cikapundung sudah tak terurus. Jalan tangga menuju sungai Cikapundung sudah tidak layak, bahkan sudah tidak pernah lagi diperbaiki sejak pertama kali dipugar puluhan tahun lalu.

Tak banyak yang familiar kalau jalur sepajang kurang lebih 5 kilometer, dari kawasan Curug Dago sampai Babakan Siliwangi bisa menantang adrenalin olah raga air arung jeram.

Seakan ingin segera menantang riam, puluhan orang yang sudah menunggu untuk memulai dibukanya kawasan aliran Cikapundung dari Dago Atas ke Babakan Siliwangi menjadi kawasan wisata arung jeram, bersorak riang. Debit air yang lumayan deras semakin memacu untuk segera mengayuhkan dayung.

Memulai perjalanan, kami langsung menikmati riam pertama yang perlu kerja ekstra keras untuk mengendalikan perahu karet yang kami tumpangi. Karena banyaknya peserta dan tak ingin melewati moment pertama, para peserta arung jeram langsung berlomba untuk mendahului. Alhasil tabrakan perahu di tengah riam menjadi moment pertama yang mengasyikkan, dan membuat sekujur tubuh basah kuyup.

Sungai Cikapundung Atas, atau kawasan Coblong, boleh dibilang masih berupa alam perawan. Batu batu besar di tengah sungai menjadikan suasana arung jeram tambah mengasyikkan. Ada delapan riam yang cukup memacu adrenalin.

Di tengah batu batu besar, beberapa kali perahu yang kami tumpangi harus menabrak. Kami harus kerja ekstra untuk menggoyangkan dan mengayuh perahu agar bisa melanjutkan perjalanan. Walaupun perjalanan hanya sekitar dua jam, namun, tenaga terkuras habis untuk mendayung.

Yang paling menantang ketika memasuki Kampung 200, di mana aliran sungai menjadi sangat sempit dengan riam yang lumayan deras karena di kiri dan kanan diapit batu besar, sehingga sungai hanya bisa dilewati satu perahu. Di kawasan ini, peserta arung jeram, harus eksta hati hati karena perahu bisa tiba-tiba terbalik seperti yang kami alami. Wali Kota Bandung Dada Rosada yang ikut dalam rombongan kami, basah kuyup dan terpental dari perahu.

"Ini sangat mengasikkan, dan saya tidak kapok, Saya pertama kali arum jeram di Cikapundung ini," ujar Dada Rosada yang harus menelan tawarnya air Cikapundung. Terbaliknya perahu yang kami tumpangi ini membuat panik peserta arung jeram.

Selain kuliner, saat ini riam Cikapundung menjadi andalan wisata Pemerintah Kota Bandung. Sejak 2004 lalu, pemerintah terus mengkampayekan kawasan Cikapundung agar menjadi kawasan yang bersih, dan bebas dari sampah. Alhasil, sampah Cikapundung mulai Curug Dago sampai babakan Siliwangi berkurang drastis. Namun disayangkan, masih ada saja sebagian masyarakat membuang hajat ke sungai.

"Ini menjadi PR kita, tahun depan pemerintah akan membangun septic tank komunal bagi masyarakat. Tapi pembungan sampah dan kotoran rumah tangga ke Cikapundung sudah sangat berkurang," ujar Wakil Wali Kota Bandung, Ayi Vivananda.

Ayi yang juga penggagas Festival Cikapundung ini menambahkan, untuk menjaga lingkungan Sungai Cikapundung, pemerintah akan memanam ratusan pohon vegetasi sungai untuk menahan abrasi. Sejumlah posko dan infrastuktur juga akan dibangun. Pemerintah juga terus berkampanye agar masyarakat tidak membuang sampah di sungai.

"Pemerintah akan terus menggelar Festival Cikapundung, paling tidak untuk tiga tahun ke depan semasa kepemimpinan saya,” ujar Dada Rosada

Sungai Cikapundung sendiri bermuara di Sungai Citarum, Kabupaten Bandung dengan hulu di pegunungan Maribaya, Kabupaten Bandung Barat. Dengan panjang 15, 5 kilometer, Sungai Cikapundung membelah Kota Bandung. Saat ini baru 5 kilometer aliran sungai ini yang dijadikan wisata arung jeram. "Kalau debit airnya sedang deras, akan tambah menantang untuk menaklukan riam Cikapundung," ujar Yedi Irwandi dari Anhang Adventur Bandung.

Untuk menantang jeram Cikapundungpun masyarakat tidak perlu mengeluarkan kocek yang besar. Hanya dengan uang Rp 150 ribu per orang, Anda bisa menikmati perjalanan arung jeram yang lumayan menantang. Wisata arung jeram Cikapundung bisa menjadi wisata alternative di Kota Bandung, setelah wisata kuliner dan belanja.


ALWAN RIDHA RAMDANI

Lomba Arung Jeram Perahu Karet Antar Media


BOGOR - Tim Arung Jeram Radar Bogor Group menunjukkan peningkatan cukup signifikan menjelang Kejurnas Antarmedia di Sungai Citatih, Sukabumi, 30 dan 31 Oktober mendatang. Hal ini terlihat dari latihan slalom yang dilakukan di Sungai Ciliwung, kemarin. Faturahman S Kanday dan kawan-kawan mampu menaklukkan gate dengan mudah.

Manajer Tim Arung Jeram Radar Bogor Group, Andi Ahmadi mengatakan, melihat peningkatan yang sangat cepat ini, ia optimis timnya bisa menyabet gelar juara. Karena itu, ia meminta agar para atletnya bisa memanfaatkan waktu yang tersedia ini untuk memoles kemampuan.“Saya yakin bisa menang. Setidaknya masuk tiga besar. Apalagi semangat anak-anak sangat bagus. Terbukti mereka menjalankan latihan setiap hari,” kata Andi di sela-sela latihan, kemarin.

Ia mengatakan, kemajuan tim juru warta itu tak lepas dari dukungan PT Boogie Advindo. Karena selama melakoni latihan, mereka mendapat pinjaman peralatan. Mulai perahu, helm, pelampung dan dayung. Bahkan, hingga menjelang pertandingan, peralatan tersebut bebas digunakan setiap saat.

“Dukungan peralatan ini sangat membantu kita. Karena sebagai tim pemula, kita perlu latihan sesering mungkin. Jika harus menyewa, maka akan sulit,” jelas General Manajer Radar Sukabumi dan Radar Depok itu.

Sebagai media lokal, tim Radar Bogor Group bertekad mengharumkan nama Bogor di kejuaraan tingkat nasional itu. Terlebih mereka mendapat dukungan dari Pemkab dan Pemkot Bogor.

Keyakinan Andi kian bulat setelah pelatih mereka, Acep Suwandi mengakui kemampuan Fatur cs. Sebagai rifter nasional, Acep melihat kemampuan anak-anak Radar Bogor sudah sangat bagus. Bahkan bisa disetarakan dengan pemain yang sudah lama latihan.

“Saya yakin pasti juara. Kemajuan mereka luar biasa. Secara teknik sudah mumpuni. Semoga saja tak ada halangan saat kejuaraan nanti,” tegas pria yang juga anggota Mahasiswa Pencinta Alam Pakuan (Wapalapa) itu. (leo)

Wapalapa Ingin Pertahankan Gelar

Posted in

Tim Arung Jeram Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Pakuan (Wapalapa) terus menjalankan latihan rutin menjelang kejurnas arung jeram, di Sungai Citarum, Saguling, Ciranjang, 29-31 Juli mendatang. Setelah menjalani latihan fisik selama dua minggu di Universitas Pakuan, program dilanjutkan di Situ Gede selama empat hari, (22-25/7). Kemudian di Cianten, Ciampea, dua hari (26-27/7).

Ditemui Radar Bogor saat latihan terakhir di Situ Gede, kemarin, Pelatih Arum Jeram Wapalapa, Acim Sunandi mengatakan, saat ini kesiapan timnya sudah cukup matang. Karena sebagian besar atlet yang akan turun di kejuaraan nanti merupakan atlet senior yang telah membela Wapalapa di kejurnas dua tahun lalu. Wapalapa bertekad mempertahankan gelar juara, karena selama dua kali berturut-turut mereka membawa pulang predikat juara umum.

“Kita ingin kembali menjadi juara,” kata Acim. Itong -sapaan akrab Acim- mengatakan, pada kejuaraan nanti Wapalapa akan menurunkan dua tim yang akan bertanding di kelas mahasiswa. Tim pertama merupakan para atlet senior, sedangkan satu tim lagi adalah junior.

Tim senior ditargetkan menjadi juara, sedangkan para junior hanya ditargetkan masuk lima besar.
“Kita perlu melakukan pembibitan, karena yang senior sebentar lagi akan lulus,” jelasnya.

Selama menjalankan latihan di Situ Gede, para atlet dituntut fokus menjalani latihan teknik dayung dan power. Karena itu, mereka terus dipaksa berlatih di atas perahu selama mungkin.

Usai menyelesaikan latihan power kemarin, hari ini seluruh tim diberangkatkan ke Sungai Cianten. Rencananya, mereka menjalankan latihan selama dua hari. “Selama di sungai, kita akan mempertajam teknik membaca arus sekaligus melakukan orientasi jalur. Saya pikir dua hari di sungai sudah cukup, kerena mereka sudah biasa menjalaninya,” ujar Itong yang juga masih akan turun memperkuat tim senior. Sesuai rencana, anak-anak Wapalapa ini berangkat ke tempat pertandingan pada Rabu (28/7). (leo)

Arung Jeram di Tangan Hendi Rohendi

Posted in
Oleh NELI TRIANA dan J WASKITA UTAMA

Sambil duduk di perahu karet, Hendi Rohendi dengan mimik serius memandang satu per satu anggota Tim Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009. Setelah terdiam sejenak, ia lalu berkata pelan dan tegas, ”Saya perlu mengatakan bahwa yang paling berbahaya dan harus diwaspadai dalam berarung jeram adalah risiko ketagihan.”

Tanpa diduga, lelaki yang akrab dipanggil Abo ini tertawa berderai. ”Sudah- sudah, tak perlu tegang. Asalkan tidak mengabaikan peraturan yang berlaku dan tahu batas kemampuan kita, arung jeram akan menjadi kegiatan yang menyenangkan,” katanya, Minggu (18/1) di Batu Layang, Puncak, Bogor, Jawa Barat.Minggu pagi itu adalah hari pertama tim ekspedisi turun menyusuri Sungai Ciliwung dari hulu hingga hilir. Pada bagian hulu, Ciliwung dipenuhi jeram di level cukup tinggi, 2 sampai 4. Anggota tim ekspedisi yang nyaris tidak memiliki pengalaman berarung jeram sempat tegang dan takut. Namun, dengan gurauan akrab dan menenangkan dari Abo, semangat pun terpompa.

Rasa aman tim pengarung sungai makin tebal setelah tahu Abo ternyata satu-satunya orang Indonesia yang saat ini menjadi instruktur arung jeram bersertifikat Federasi Arung Jeram Internasional (IRF).

Sebagai instruktur bersertifikat, Abo menguasai keahlian mengendalikan perahu, membawa penumpang, hingga analisis jeram dan tingkat bahayanya, serta menguasai teknik penyelamatan saat terjadi kecelakaan. Sebagai instruktur bersertifikat, ia diakui secara internasional untuk mendidik orang menjadi pemandu (guide) atau pemimpin perjalanan (trip leader).

”Kalau dikatakan bersertifikat, mungkin belum 100 persen benar karena sertifikatnya belum sampai ke rumah saya di Cimandiri, dekat Citarik, Sukabumi. Mungkin karena tempat saya terpencil sehingga kirimannya susah sampai,” kata Abo sambil memasang senyum lebar.

Atas dasar cinta

Bagi Abo, ada atau tidak ada sertifikat memang tidak menjadi soal. Berarung jeram sudah dilakoninya sejak 15 tahun lalu. Menurut dia, wajar saja ia memiliki berbagai kemampuan karena selama belasan tahun itu ia setiap hari mendalami bermacam teknik dan pengetahuan baru yang terkait dengan arung jeram. Orang lain pun akan bisa mencapainya jika berada dalam kondisi sama dengannya.

Abo mengatakan, keberhasilannya saat ini hanyalah buah dari kecintaan terhadap arung jeram. Sejak masa remaja, ia kerap melihat arung jeram di Sungai Cimandiri, yang dipelopori salah satunya oleh Lody Korua dari Arus Liar.

Layaknya remaja lain di desanya, awalnya ia tertarik melihat perahu karet yang ditunggangi Lody. Dari sekadar meraba-raba perahu karet dengan rasa kagum, ia mulai tertarik memerhatikan bagaimana orang mengendalikan perahu untuk mengarungi sungai.

”Selepas SMA saya sempat ikut kakak bekerja di konstruksi bangunan. Ternyata pekerjaannya berat. Saya juga agak takut ketinggian, jadi akhirnya balik ke kampung. Menganggurlah saya sampai Lody menawari untuk menjadi pemandu perahu membawa wisatawan di Citarik. Saya termasuk angkatan pertama perekrutan pemandu di Citarik,” kata Abo, pria lulusan SMA ini.

Ia langsung meraih kesempatan itu. Bersama tujuh calon pemandu lain yang juga berasal dari desa-desa sekitar, ia berangkat ke Bali untuk menjalani pelatihan pemandu di Sungai Ayung, tahun 1994. Pada saat itu, ia dinobatkan sebagai lulusan terbaik.

Tubuhnya yang menjulang, lebih dari 170 sentimeter, dianggap sebagai berkah. Untuk mengendalikan perahu dari belakang (buritan perahu) guna melewati jeram, ternyata lebih mudah bagi orang bertubuh tinggi. Abo semakin bersemangat dan percaya diri untuk tetap mendalami arung jeram, sebagai hobi maupun profesi. Sejumlah kursus lain dilahapnya demi memperdalam kemampuan, antara lain kursus pemandu internasional di Bali tahun 2001 dan 2002.

Tak berhenti sebatas menjadi pemandu, atas ajakan Lody, ia merambah profesi baru sebagai atlet arung jeram. Ia membela Indonesia pada Kejuaraan Dunia Arung Jeram 2007 di Korea Selatan. Kala itu, bersama tim, ia mampu mendudukkan Indonesia di peringkat 12 dari 20-an peserta dari seluruh dunia.

Penjelajahannya di sungai-sungai berjeram juga tak hanya terhenti di Citarik, tetapi pada lebih dari 20 sungai di Indonesia, termasuk sungai-sungai di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Kecintaannya pada arung jeram juga diwarnai pengalaman buruk. Saat survei sungai di Way Semangka, Lampung, pada 1997, ia sempat terjatuh dari perahu dan nyaris mati karena terseret arus sepanjang hampir satu kilometer.

Tularkan ilmu

Ia masih menjalani pekerjaan sebagai pemandu bersama sekitar 35 orang lain di Citarik di bawah bendera Arus Liar. Satu kesamaan di antara para pemandu itu, semuanya adalah penduduk setempat. Bedanya, Abo juga menjabat sebagai Manajer Pendidikan dan Pengembangan, serta Manajer Adventure Product Arus Liar.

Diakui Abo, sebagai instruktur ataupun manajer bukanlah karier tertinggi yang ditawarkan dalam profesinya. Lody Korua menambahkan, dalam karier seorang pengarung jeram profesional, ada beberapa jenjang yang harus dilalui. Pertama adalah guide atau pemandu yang bertanggung jawab dalam satu perahu, trip leader atau penanggung jawab satu rangkaian perjalanan (bisa terdiri lebih dari lima perahu), instruktur atau orang yang mengarahkan dan mendidik guide dan trip leader, serta yang tertinggi adalah asesor, orang yang bisa mendidik dan menganggap layak seseorang menjadi instruktur.

Namun, Abo merasa ia justru ingin menggapai mimpi yang lain daripada mengejar karier. Mimpinya adalah mendirikan sekolah khusus pemandu. Berdasar pengalaman di Arus Liar, mendidik pemandu membutuhkan waktu 2,5 bulan. Bahkan bisa sampai enam bulan untuk menjadi pemandu lebih berkualitas.

Dengan adanya sekolah pendidikan pemandu, ia berharap bisa memunculkan lebih banyak pemandu arung jeram dari penduduk setempat. Alasannya, penduduk lokal di sekitar Citarik masih banyak yang menganggur maupun merantau ke kota sekadar menjadi buruh.

”Saya bisa seperti ini karena jasa Lody Korua. Ia tidak hanya mendidik saya, tetapi juga sebagai ayah yang membesarkan saya. Saya tidak pernah berpikir pindah ke operator lain meski banyak sekali tawaran. Saya hanya berharap bisa menggapai cita-cita mendirikan sekolah pemandu, karena itu juga bentuk penghargaan kepada Lody,” kata Abo.(MULYAWAN KARIM)

Download Catalog

Posted in
Anda Bisa Download Katalog Produk-produk Perahu Karet dan Garment Boogie Advindo, dengan cara mengklik Link download di bawah ini :

Produk Boat 2010


Produk Garment 2010